Protein berguna menyembuhkan Covid merupakan hasil penelitian terbaru yang penemuannya terlaksana di wilayah Inggris pada negara bagian barat. Hasil perdana dari riset penelitian mengemukakan bahwasanya metode terbaru penyembuhan pasien Covid kali ini terlihat cukup manjur dalam mengendalikan gejalanya.
Obat baru ini juga begitu dramatis mengurangi jumlah penderita Covid yang mesti dirawat secara intensif dan menjadi jauh lebih baik. Ini juga sekaligus dapat meringankan beban berat yang dimiliki oleh jajaran petugas medis karena terlalu lelah mengurusi https://www.coldplaynrgstadium.com/ pasien Covid dengan ledakan jumlah setiap harinya.
Penelitian tersebut dipimpin oleh perusahaan asal Inggris bernama Synairgen dengan kepemilikan markas pusat di wilayah Southampton. Mereka memanfaatkan zat berbentuk protein yang memiliki nama interferon beta sebagai sarana pembasmi gejala Covid-19 semenjak riset berjalan beberapa bulan terakhir.
Interferon beta sebenarnya akan diproduksi oleh tubuh manusia secara alami apabila tersusupi oleh infeksi virus mematikan seperti Covid. Oleh sebab itu, para ilmuwan tertarik untuk memproduksinya secara sengaja dan penasaran apakah memang jenis protein tersebut bisa berguna untuk melawan serangan Covid.
Metode yang mereka jalani yaitu dengan mengandalkan bantuan sebuah alat bernama nebuliser untuk menjadi perantara pemberian obat. Nebuliser merupakan mesin yang bertugas untuk mengobati manusia dengan cara mengubahnya zatnya menjadi uap dan dihirup menuju paru – paru sehingga langsung tepat sasaran.
Protein Berguna Menyembuhkan Covid Menjadikannya Harapan Baru
Setelah beberapa lama penantian waktu yang melelahkan, akhirnya terbukti sudah bahwa protein berguna menyembuhkan Covid secara signifikan. Para ahli serta dokter spesialis paru yakin sekali nantinya pasien Covid tidak lagi memerlukan ventilator untuk membantunya bernapas karena sudah tertolong oleh obat protein.
Grafik menunjukkan bahwa interferon beta mampu menekan gejala Covid terberat sekalipun hingga menyentuh angka 80% banyaknya. Sebagian besar pasien yang tadinya sekarat kini telah memiliki peluang sembuh tiga kali lipat lebih besar hingga mulai dapat beraktivitas secara normal kembali seperti biasa.
Synairgen berujar bahwasanya pasien Covid dengan gejala akut seperti misalnya gangguan nafas kini semakin lega jalur nafasnya. Berkat obat temuan mereka, kini rumah sakit bisa menampung pasien dengan kapasitas lebih banyak karena penderita Covid bisa pulang lebih cepat.
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas kerja obat ini cukup unik karena menggunakan metode bernama double blind. Setidaknya ada lebih dari seratus sukarelawan yang bersedia mengikuti uji coba obat tersebut dan semuanya merupakan pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga parah.
Double blind merupakan metode uji coba sampel yang bukan lagi menjadi hal baru karena sudah sering dipraktekan semenjak puluhan tahun lalu. Separuh dari populasi sukarelawan akan diterapi dengan obat tersebut, namun setengah sisanya ‘tertipu’ karena hanya pura – pura diberikan yaitu istilahnya placebo.
Perlu Penelitian Lebih Lanjut Sebelum Resmi Beredar Sebagai Obat Covid
Sebelumnya terlaporkan bahwa China memanfaatkan ramuan tradisional pembasmi Covid yang katanya ampuh dan begitu optimis akan laku di pasaran. Namun pengobatan barat pun tidak mau kalah, sehingga akhirnya bertekad meneliti jenis protein berguna menyembuhkan Covid sebagai tandingannya.
Synairgen semestinya perlu menerbitkan jurnal khusus sebagai sebuah kewajiban bagi lembaga penelitian manapun yang telah melakukan riset. Apalagi perusahaan farmasi tersebut juga telah terdaftar di bursa saham Inggris sehingga ia memiliki tanggung jawab untuk melaporkan temuannya pada para pemegang saham.
Richard Marsden sebagai pemangku jabatan Kepala Eksekutif Synairgen mengungkapkan bahwasanya mereka akan mempromosikan obat ini ke khalayak ramai. Namun, sebelumnya perusahaan bioteknologi tersebut wajib meminta izin terlebih dahulu kepada berbagai lembaga medis resmi di negara Inggris sebagai permohonan restu.
Selain daripada itu, pasien pun harus menyetujui secara sadar dan tanpa paksaaan untuk mulai menjalani perawatan menggunakaan terapi protein. Sejumlah ilmuwan pun wajib mengikuti perkembangannya karena ditakutkan akan mulai timbul efek samping dan terlewat dari pantauan karena terlalu gegap gempita menyambut obat ini.
Namun masalah baru mulai muncul, manakala jika pemerintah mengizinkan obat ini beredar di rumah sakit, maka akan butuh modal besar. Pasalnya, nebuliser yang mereka pakai untuk mentransfer obat ke wujud uap tersebut cukup memakan ruang serta harganya tidaklah murah.