Kontroversi obat kuat selalu saja menarik untuk kita bahas meskipun bukan termasuk golongan kedokteran bahkan bisa terbilang kita hanyalah awam. Bisnis perusahaan ini betul-betul merepresentasikan proses ereksi kaum lelaki: mendadak tegang mengeras hingga level tertinggi, berkuasa sebentar, lalu segera menurun seketika.
Obat bernama ilmiah Sildenafil Sitrat tersebut awalnya tercipta untuk mengobati penyakit lemah jantung pada 1990 awal melalui serangkaian penelitian. Hasilnya jauh dari kata memuaskan, namun lucunya team peneliti menemukan bahwa hampir seluruh volunteer meminta repeat order untuk meminum Sildenafil.
Berangkat dari situlah, perusahaan terkait bernama Pfizer berusaha menyelidiki apa sebetulnya sedang terjadi menyangkut fenomena aneh bin ajaib ini. Setelah https://shaniagracia.com/ mendesak sekumpulan sukarelawan, mereka menemukan fakta unik bahwasannya si volunteer mengalami ereksi kuat dan lama persis setelah meminumnya.
Baca Artikel lainya : Kenali Daftar Obat-obatan Yang Ampuh Menangani Covid
Tanpa mengulur waktu lama, Pfizer segera berganti haluan menjadi produsen obat kuat dengan jargon mengobati disfungsi ereksi pada kaum lelaki. Nama obat itu terdaftar dalam merk dagang Viagra, sebuah brand besar menginvasi tanah air kita, sehingga khalayak ramai familiar akan nama Viagra.
27 Maret 1998, FDA memberi restu pada peluncuran perdana Viagra bertajuk obat disfungsi ereksi pemulih sisi kejantanan lelaki. Tercatat melebihi 40 ribu butir Viagra terjual sehingga bulan pertama kehadirannya membukukan hampir 800 juta dollar AS.
Kontroversi Obat Kuat Menggoda Kompetitor Penasaran Mencicipinya
Angka telah berbicara, nyatanya kaum adam di negara Paman Sam tersebut begitu menggandrungi keberadaan Viagra hingga sulit membayangkan hidup tanpanya. Catatan penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga orang warga lelaki Amerika Serikat mengaku mengidap keluhan seputar disfungsi ereksi.
Masyarakat umum seraya memberi dukungan moral sebesar-besarnya meskipun kontroversi obat kuat Viagra masih saja terjadi secara signifikan membabi buta. Promosi di berbagai platform pun rela Pfizer jalani meskipun harus menggelontorkan dana yang jumlahnya tidak bisa kita bilang sedikit.
Tepat pada masa Orde Baru Indonesia, 1998, Pfizer telah menandatangani program ‘bakar duit’ mereka hingga mencapai 100 juta dollar AS. Angka luar biasa fantastis mengingat nominal tersebut telah mencakup 15 persen budget pendanaan iklan perusahaan obat kuat pendatang tersebut.
Seakan masih terasa kurang, satu tahun setelahnya Pfizer lagi-lagi nekat mengucurkan dana iklan hingga menyentuh lebih dari 50 juta dollar AS. Media periklanan menyatakan kekagumannya atas keberanian Pfizer serta optimisme mereka terhadap hanya satu merk dagang saja yaitu Viagra.
Segala macam bentuk iklan telah Pfizer jalani, termasuk training para praktisi, hingga pembagian sampel barang tanpa memungut bayaran sepeserpun. Penetrasi pasar ini begitu masif terlihat ambisius serta gencar sosialisasinya ke konsumen pada 5400 titik penyebaran oleh agen bayaran.
Popularitas Viagra Berhadapan Langsung Dengan Kemunculan Junior
Popularitas Viagra jauh menutupi kontroversi obat kuat, apalagi Pfizer mempekerjakan Bob Dole dari kalangan politik sebagai model sekaligus brand ambassador. 2000 awal merupakan puncak kejayaan Pfizer karena telah memonopoli 90 persen pasar obat kuat seluruh penjuru dunia slot terbaru tanpa tergeser siapapun.
Bagaikan mustahil melihatnya tumbang, pendapatan kotor Pfizer hanya bermodalkan brand Viagra terlaporkan menyentuh angka 1,400 miliar dollar AS. Ironisnya, tahun yang sama merupakan awal kemunculan pendatang baru dari sisi junior mencoba ikut meramaikan gurihnya pasar obat kuat.
Mimpi buruk itu semakin mendekat menjadi sebuah kenyataan pahit bagi Pfizer, tatkala FDA mengizinkan Cialis serta Levitra beredar 2003 – 2004. Dalam tempo singkat, posisi Viagra tergerus dari kursi singgasana permainan ciptaannya sendiri sehingga mempengaruhi sangat drastis akan pemasukan perusahaan.
Viagra tetaplah menjadi garda terdepan segmen obat kuat, hanya saja ‘kue’ bagiannya terpotong jauh mencapai angka 45 persen banyaknya. 2003 itu Pfizer harus puas mengantongi 1,8 miliar dolar AS penjualan, lalu menurun menjadi 1,6 miliar dolar AS satu tahun setelahnya.
Periode pasca kemunduran resesi ekonomi menghantam bursa Amerika Serikat besar-besaran, 2011 – 2015 Viagra terjual di rentang angka 1,7 – 1,9 miliar dollar AS saja. Sementara berbanding terbalik dengan seniornya, Cialis justru menguat signifikan dari pembukuan 1,8 miliar naik ke 2,3 miliar dollar AS pada periode serupa.